MAKALAH
SOFTSKILL
PENGEMBANGAN KREATIVITAS dan KEBERBAKATAN
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KELOMPOK 8
Disusun Oleh :
3
PA 11
NO
|
NAMA
MAHASISWA
|
NPM
|
TANDA
TANGAN
|
1
|
Ika agustiti
|
13515241
|
|
2
|
Ivo Aryana
|
13515507
|
|
3
|
Jody Muhammad R
|
13515577
|
|
4
|
Ovi Arista
|
15515288
|
|
|
|
|
|
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
.........................................................................................i
DAFTAR
ISI
.....................................................................................................ii
I.
PENDAHULUAN
....................................................................................1
A.
LatarBelakang
....................................................................................1
II.
TUJUAN
DAN MANFAAT.....................................................................3
A. Tujuan ................................................................................................3
B. Manfaat...............................................................................................3
III.
PEMBAHASAN.........................................................................................4
BELAJAR KREATIF................................................................................5
A.
Definisi Belajar Kreatif...............................................................5
B.
Proses Belajar Kreatif.................................................................6
C.
Mengapa Kreatifitas iti Penting.................................................7
D.
Tiga Tingkat Belajar Kreatif (Model Triffinger).....................8
IV.
KESIMPULAN...........................................................................................10
V.
DAFTAR......................................................................................................11
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kreativitas belajar merupa kan salah
satu hal yang penting dalam suatu proses
pembelajaran. Karena, kreativitas belajar dapat melatih siswa untuk tidak
bergantung pada orang lain. Jika seseorang itu mempunyai kreativitas yang
tinggi cenderung orang tersebut akan lebih kreatif dan menghasilkan sesuatu
yang positif. Kreativitas seorang siswa dalam belajar akan sangat mempengaruhi
siswa tersebut untuk memperoleh suatu keberhasilan. Siswa yang mempunyai
kreativitas yang tinggi maka siswa ituakan mempunyai pandangan yang luas dalam
belajarnya, sehingga hal tersebutakan berdampak pada tinggi rendahnya mutu
pembelajaran siswa. Selain itu, kreativitas juga dapat menumbuhkan rasa ingin
tahu yang besar.
II. TUJUAN
A. TUJUAN
1. meningkatkan pemikiran kreatif
2. menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka
dan tertantang
3. berperan serta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan
sebanyak mungkin
4. memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan
menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa
III.
PEMBAHASAN
BELAJAR
KREATIF
A.
Definisi Belajar Kreatif
Menurut Munandar (1985)
Dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan ingin mendalami bahan
yang dipelajari. Belajar kreatif tidak hanya menyangkut perkembangan kognitif
(penalaran) tetapi juga berhubungan erat dengan penghayatan pengalaman belajar
yang mengasyikan.
Tornace dan Myres
dikutip oleh Triffinger (dalam Semiawan dkk 1997) berpendapat bahwa belajar
kreatif adalah “menjadi peka atau sadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan,
kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan
dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau
menunjukkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat
hipotesis, mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya
mengkomunikasikan hasil-hasilnya” .
Menurut
Semiawan dkk (1997) Kesederhanaan dari struktur atau mendiagnosis suatu
kesulitan dengan mensintesiskan ionformasi yang telah diketahui, membentuk
kombinasi dan mendivergensi dengan menciptakan alternatif-alternatif baru,
kemungkinan-kemungkinan baru, dan sebagainya. Mempertimbangkan, menilai,
memeriksa, dan menguji kemungkinan-kemungkinan baru, menyisihkan, memecahkan
yang tidak berhasil, salah dan kurang baik, memilih pemecahan yang paling baik
dan membuatnya menarik atau menyenangkan secara estesis, mengkonunikasi
hasi-hasilnya kepada orang lain”
Jadi kreativitas belajar
dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam
belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan
kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar
yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam
belajarnya
B. Proses
Belajar Kreatif
Munandar (1985) Dalam
proses belajar secara kreatif digunakan proses berfikir divergen (proses
berfikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian)
maupun proses berfikri konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal
yang paling tepat) . Pendidikan formal sampai saat ini terutama melatih proses
berfikir konfergen, sehingga kebanyakan siswa terlambat dan tidak hanya
menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara
kreatif. Belajar kreatif tidak timbul secara kebetulan tetapi membutuhkan
persiapan, antaralain menyiapkan suatu lingkungan yang merangsang anak-anak
untuk belajar kreatif.
Menurut Feldhusen dan
Treffinger (dalam Munandar 1985) suatu lingkungan kreatif dapat tercipta dengan
:
a.
Memberikan Pemanasan
bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut
sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperan serta secara
aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu
diberikan pemanasan yang dapat tercapai
dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan
rasa ingin tahu siswa. Atau dengan cara berhasil guna yaitu siswa mengajukan
sendiri pertanyaan-pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.
b. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan
diskusi kelompok, harus dapat memilih metode diskusi mana yang baik untuk
siswa.
c. Guru
sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai
fasilitator dari pada sebagai pengarah yang menentukan segalanya bagi siswa.
Sebagai fasilitator guru mendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan
inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasan
dari semua siswa dan guru harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa
yang dapat menghambat dan pemecahan masalah secara keatif.
d. Menciptakan rasa ingin tau Mengangkat suat
topik dan ciptaka rasa ingin tau siswa akan topik tersebut, biarkan siswa
memcari informasi sebanyak mungkin, biarka mereka termotivasi.
e. Kesibukan di dalam kelas
Harus dapat membedakan mana keributan yang asik
serta suara-suara “produktif” yang menunjukan bahwa siswa sibuk diri secara
kreatif. Ruang kelas harus sebagai ruang sumber dengan banyak sumber yang
mengundang siswa untuk membaca, menjajaki, dan meneliti.
C. Mengapa
Kreatifitas iti Penting
Menurut Refinger (dalam
Semawan (1997) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
·
Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita
tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita
membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi
mereka sendiri.
·
Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk
memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa
depan.
·
Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam
kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi
atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat
mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
·
Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan
yang besar.
D. Tiga
Tingkat Belajar Kreatif (Model Triffinger)
Menurut Munandar (2004)
Model Triffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah
kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana
mencapai ,keterpaduan. Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun
afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling
hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.
Model pembelajaran
Treffinger dalam peranannya mendorong belajar kreatif (dalam Munandar 2004)
yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, melibatkan kemampuan afektif dan
kognitif yang digambarkan melalui tiga tingkatan berpikir yang meliputi :
Menurt Munandar (2004) tingkat I adalah basic tools yaitu pengembangan
fungsi-fungsi divergen, tingkat II adalah practice with proses yaitu berpikir
secara kompleks dan perasaan majemuk, serta tingkat III adalah working with
real problem yaitu keterlibatan dalam tantangan nyata. Hal tersebut sebagaimana
dirumuskan delam pembelajaran model Treffinger adalah sebagai berikut:
Treffinger selalu melibatkan ketrampilan kognitif
dan afektif di dalam tahapan pembelajaran untuk mencapai suatu tingkat berpikir
tertentu (Dalam Munandar 2004) . Misalnya:
Pada tingkat I, Treffinger memusatkan perhatian
pada bagaimana anak dapat berpikir secara divergen atau terbuka tanpa memikirkan
bahwa pendapat yang disampaikan benar atau salah. Kemampuan afektif yang
dikembangkan meliputi rasa ingin tahu (dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam
bertanya), keberanian mengambil resiko (keberanian dalam menjawab pertanyaan
walaupun jawaban yang disampaikan salah), percaya diri (siswa berani dalam
menentukan jawaban yang berbeda dengan jawaban temannya) dan lain sebagainya.
Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi kelancaran (dapat
dilihat dari waktu yang digunakan anak dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan
yang berbeda), kelenturan (dilihat dari banyaknya idea tau gagasan yang berbeda
yang disampaikan siswa) dan lain sebagainya.
Pada tingkat II, Treffinger lebih memusatkan
perhatiannya pada pengembangan kemampuan penyelesaian masalah dan keterbukaan
terhadap perbedaan. Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi keterbukaan
perasaan majemuk (yaitu keterbukaan dalam menerima gagasan yang berbeda),
meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan ketenangan dalam menerima gagasan yang
berbeda), penggunaan khayalan dan tamsil (kemampuan berimajinasi dalam
menggambarkan masalah yang dihadapi) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan
kognitif yaitu meliputi penerapan (penggunaan apa yang tersedia dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan), analisis (mendiskripsikan segala masalah
yang ada), sintesis (ketrampilan memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan
sebelumnya), evaluasi (penilaian terhadap jawaban teman dan diri sendiri
sehingga menghasikan jawaban yang paling tepat) dan lain-lain.
Pada tingkat III, Treffinger memusatkan pada
bagaimana anak dapat mengelola dirinya sendiri dan kemampuannya sehubungan
dengan keterlibatannya dalam tantangan-tantangan yang ada dihadapannya.
Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi pemribadian nilai (berkaitan dengan
pengevaluasian diri dan ide-ide sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup
produktif (berusaha untuk tetap menghasilkan ide baru dalam setiap kegiatan
penyelesaian masalah), dan lain-lain. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat
dikembangkan meliputi pengajuan pertanyaan secara mandiri (pertanyaan yang
timbul dari pemikiran sendiri), pengarahan diri (mampu menentukan sendiri
langkah-langkah menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh penyelesaian dari
teman), pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar untuk
memperoleh jawaban yang diinginkan), dan pengembangan produk (mengembangkan ide
yang ada sebelumnya sehingga diperoleh ide baru), dan lain sebagainya.
Menurut Munandar (2004),
dengan menggunakan ketiga tingkatan kemampuan berpikir dari model Treffinger,
siswa dapat membangun ketrampilan, menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya
dan menemukan penyaluran untuk mengungkapkan kreativitas dalam hidup. Sehingga
dalam hal ini, setiap tahap dengan tingkatan berpikir tertentu didalam
pendekatan Treffinger harus diterapkan secara untuh dan diintegrasikan. Proses
pembelajaran yang seperti ini yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
IV.
KESIMPULAN
dengan menggunakan ketiga tingkatan
kemampuan berpikir dari model Treffinger, siswa dapat membangun ketrampilan,
menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya dan menemukan penyaluran untuk
mengungkapkan kreativitas dalam hidup. Sehingga dalam hal ini, setiap tahap
dengan tingkatan berpikir tertentu didalam pendekatan Treffinger harus
diterapkan secara untuh dan diintegrasikan. Proses pembelajaran yang seperti
ini yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Munandar,U. 2004. Perkembangan
Kreativitas Anak Berbakat Anak Sekola. Jakarta: Pt.rineka cipta
Semiawan,C. 1997. Perspektif
Pendidikan Anak Berbakat. Jakart: Pt.Grasindo
Munandar,U. 1985. Mengembangkan Bakat
dan Kreativitas. Jakarta: Pt.Gramedia